Rabu, 03 Oktober 2012

Untuk Ananda Takita

Halo Takita yang cantik,
Assalamualaikum..
Dik Takita, perkenalkan saya Bunda Destri...Siang ini saya baru menemukan surat dari Takita. Dan saya senang sekali, karena kita punya kesamaan keinginan, yaitu agar keluarga-keluarga di Indonesia ini tumbuh dalam kehangatan dan cinta kasih melalui sarana bercerita, dimulai dari keluarga kita sendiri.
Bunda jadi ingin bercerita tentang keluarga bunda. Bunda punya 4 anak  dik Takita; Asma Izzatunnisa, Sulthan Muhammad Al Fatih  dan duo kembar "Hasnain"; Khalifi Hasnain Azzamy dan Musyaffa Hasnain Al Farisy. Semua masih balita, Takita. Yang tertua Asma baru berusia 4 tahun, Sulthan 3 Tahun dan Duo Hasnain saat ini tepat 8 bulan. Merawat dan mendidik 4 balita sesungguhnya bukan hal mudah dik Takita, repotnya minta ampun, tapi bunda bersyukur dan bahagia, ke 4 anak bunda adalah karunia terbesar dalam hidup bunda. Memiliki mereka adalah kebanggaan terbesar, yang bunda harap bisa bunda banggakan dihadapan Allah SWT di akhirat nanti karena bunda berhasil mendidik mereka menjadi orang yang sukses tidak hanya didunia, tapi terutama sekali diakhirat.
Dik, membaca koran dan menonton berita di TV, bunda jadi paranoid loh. Bunda ngeri sekali membayangkan betapa suramnya lingkungan yang mengelilingi anak-anak saya nantinya saat mereka remaja. Tawuran, pemalakan, tindak kekerasan dan pelecehan (bully) belum lagi ancaman Narkoba, pergaulan bebas, penyakit menular...aaah dik, seandainya bisa rasanya saya tak ingin mengeluarkan anak-anak saya dari rumah. Tapi kan ga mungkin begitu ya...yang harus saya pikirkan sejak sekarang, imunitas apa yang bisa saya tanamkan pada diri anak-anak saya sehingga mereka akan aman diluar rumah saat sudah waktunya nanti mereka saya lepaskan seperti burung yang siap terbang dan imunitas itu asalnya dari rumah, dari tangan ayah bundanya sendiri. Saya ingin membekali anak-anak dengan keyakinan agama yang kuat dan akhlak (prilaku) yang baik terhadap sesama, saya ingin mereka mendapatkan pendidikan itu dari saya, sekolah pertama mereka. Bukan dari sekolah manapun yang mahal dan elit, apalagi yang murah dan tidak bonafit. Saya tidak akan menyerahkan pendidikan agama dan pembentukan karakter anak-anak saya ke sekolah, karena memang bukan itu fungsi sekolah. Dan tentulah dalam mendidik anak-anak disekolah pertama mereka ini, kedekatan lahir dan batin menjadi kunci sukses yang sayangnya mungkin tidak mudah karena bunda masih punya bayi kembar yang memang membutuhkan perhatian ekstra..tapi bunda yakin bisa dik, tentu saja dengan bercerita. Saat pulang sekolah, bunda sering meminta anak pertama bunda Asma untuk bercerita, kadang bunda yang bercerita. Kalau Asma bercerita kami mendengarkan dan menyimak..kadang ia menambahkan imajinasinya dalam cerita, meski terdengar ceritanya ngalur ngidur, saya biarkan saja, saya malah senang, tandanya anak saya sudah bisa berimajinasi dan tentu saya harap kreativitasnya semakin berkembang. Saat bunda bercerita, kadang bunda bercerita tentang bunda sendiri, kadang bunda ambil tokoh fiksi dengan jalan cerita yang bunda karang sendiri dan bunda sisipkan nilai-nilai moral atau pesan -pesan yang bunda harapkan tumbuh dalam diri anak-anak saya.
Dik, sekian dulu ya...nanti kapan-kapan bunda sambung lagi ...yang jelas bunda #dukungtakita,,semoga anak-anak Indonsia menjadi insan-insan yg cerdas intelegensianya, dan hangat pergaulannya, semua dimulai tumbuh dari ruangan-ruangan dalam rumah mereka

Salam sayang                             

Bunda Destri,

Ps: saya lampirkan juga surat Takita

http://blog.indonesiabercerita.org/takita/surat-dari-takita-mimpi-mimpi-takita/

Rabu, 29 Agustus 2012

Spontan Pulkam Season 2 (dan sepertinya belum Finalle)

Hyaaaaa.....kejadian lagih!!! Mendadak pulang kampung...Kali ini edisi khusus, taraaaaa... MUDIK LEBARAN. Kebayang kan kalo mudik saat Lebaran itu seperti apa...jutaan mobil yang bikin macet Jakarta tiba-tiba secara berjamaah pindah ke jalur-jalur Pantura, Selatan dan sekitar itu. Perjalanan yang normalnya sekian jam, bisa dipastikan akan molor entah berapa jam (atau hari) kemudian. Sejak awal menikah 5 Tahun lalu, sekalipun aku belum pernah mudik menjelang Lebaran. Setelah Shalat Ied pernah satu kali Lebaran pertama bersama suami tercinta. Aku sedang mengandung Asma diusia 4 bulan kehamilan. Selebihnya, sebulan-duabulan setelah Lebaran, saat Iedul Adha, atau tidak mudik sama sekali dalam rangka Lebaran. Tahun inipun Saya dan suami tidak bermaksud mudik saat Lebaran. Terbayang macetnyaaaa....membawa sikembaaaaar....ooooh tak mungkin aku mau! Tapi semakin mendekati hari-hari akhir Ramadhan, suami sudah kasak-kusuk sendiri..(sudah rindu kampung rupanya)..."mmmm, kalau mudik kira-kira bawa uang berapa ya???", "duh...suasananya mengingatkan pada perjalanan mudik nih"..celetukan-celetukan semacam itu semakin sering terdengar...kadang aku pura-pura cuek hehhehe, sampai akhirnya 3 hari menjelang Iedul Fitri(16 /08), kami mengadakan bukber untuk keluarga besar kami. Obral-obrol sana sini, akhirnya tercapai suatu kesepakatan mufakat "besok mudik, paling lambat jalan setelah Jumatan"...malam itu kakak-kakak ipar yang rencananya menginap dirumah kami, bubar jalan kerumah masing-masing mempersiapkan segala sesuatunya. 3 orang ponakan tinggal dirumah kami agar besoknya tinggal diangkut, dan aku seperti biasa termangu sejenak, memikirkan cucian kotor akibat kemalasanku, persiapan pakaian anak-anak terutama duo Hasnain yang baru berusia 6 bulan. Sungguh aku tak keberatan, memang ada sedikit rasa malas menjalani kemacetan yang tak bisa diprediksi berapa lama, lelahnya perjalanan, uang saku yang cekak dsb tapi pada dasarnya aku sendiri senang jalan, dan travelling bersama duo Hasnain tentu jadi tantangan tersendiri. Okelah waktu termangu habis.....Bungkuuuuus!Plung plung plung! Pakaian asal cemplung (Alhasil setelah dikampung, aku baru sadar, hanya membawa 3 pakaian atasan masing-masing untukku dan suami, padahal pakai koper besar#tepokjidat) yang terpenting adalah perlengkapan sikembar, pakaian, peralatan makan, pospak, perlatan mandi. Kalau bocil lainnya Asma dan Sulthan relatif sudah tidak terlau rumit lagi kebutuhannya. Mereka bisa saling meminjamkan, toh meski Asma anak perempuan, bedanya hanya dijilbab dan sempak, kaos dan celananya biasa tukeran dengan Sulthan.
Entah bagaimana malam dan pagi harinya itu aku siap-siap, yang jelas kami jalan juga akhirnya..meninggalkan rumah kami  dengan membawa seisi warung didalam mobil untuk perbekalan (tak lupa dicatat untuk nantinya mengajukan tagihan pada suamiku sebagai penanggung jawab perjalanan ini)
Janjian dengan kakak ipar di Carrefour Lebak Bulus, kami start sekitar pukul 16.30 langsung masuk tol Pondok Indah. Perjalanan berangkat menuju kampung kami jalani 2 hari 2 malam. sempat menginap di masjid di Cicalengka dari jam 23.30 jumat malam hingga subuh dan sampai Gunung Kidul Handayani pukul 02.00 ahad dinihari. Turun bagasi, beres2 tahunya sudah jam 4an, mau tidur nanggung, bisa2 subuhan terlewat..akhirnya aku bertahan sampai terdengar Adzan (untunglah waktu shalat Yogya lebih cepat dari Jakarta), begitu adzn, aku shalat subuh, membangunkan suami ntuk sholat juga kemudian tidur bersama-sama...bless...seeeees.....bangun jam 7.....dadaaaaaah shalat ied.....para supir AKAP (suami dan kakak Ipar) bangun jam 9 saking lelahnya...dan hiruk pikukku di Jakarta bersama Hasnain dan bocil kami sesunggguhnya hanya pindah tempat...
Didesa.....
Cukup menyenangkan...udara bersih..keraifan lokal yng kental, anak-anak bisa bermain bebas dan lebih akrab bersama sepupunya...dan Sulthan seakan menemukan habitatnya disana,,,tanah, pasir, air dan ia seperti ikan yang menemukan kolam, sementara aku seperti memungut anak kucing jalanan setiap sore, dekil, lusuh kotor...yah, biarlah...dengan begitu kreativitasnya berkembang (menghibur diri)
Yang tak pernah tertinggal kalau dikampung: Sate Kambing dan Tongseng pak Yadi, lalu kami menenmukan....(taraaaaa) Alfamart! ditengah perkampungan diatas gunung, dimana pasarnya hari 2 kali seminggu, hari pasaran Wage dan ...hmmmmm aku lupa (bukan seperti Jakarta ya, dimana pasar Jumat, Pasar Senen, Pasar Rebo menunjukkan lokasi, tapi dkampung, hari pasaran ya menandakan waktu pasar dilaksanakan, Pasar Wage>di hari Wage, Pasar Legi >di hari Legi, Pasar Pon>dihari Pon) kok bisa-bisanya ada toko retail....!!! sisi positifnya tentu saja warga terbantu dengan kemudahan akses untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, negatifnya, secara pasti akan mendorong konsumtivitas mereka. Apalagi kalau daya beli mereka lemah...
Tiba Waktu Pulang.....
Antara horeeeeee....dan oh noooooooo.....terbayang kembali kemacetan dan rasa lelah....start dari gunung Kidul jam 9 pagi....kami mampir Pekalongan dan mendadak menginap dirumah salah seorang kerabat, dan dsitu aku mersakan indahnya jalinan kekerabatan...secara personal aku mungkin tidak kenal dengan pemilik rumah...tapi atas nama hubungan persaudaraan, Subhanallah, keluarga mereka ini menjamu kami yang ribut dan ribet dengan anak kecil, balita dan bayi (yang totalnya berjumlah 10 dengan sepupu2 Asma) dengan hangat dan baik....Luar biasa...Disitu aku merasakan sunnah Nabi yaitu memuliakan tamu...semoga tuan rumah yang baik ini mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT..
Perjalanan dilanjutkan (dan tulisan dicukupkan...berhubung sdh ngantuk :p ) besok lagi dilanjutkan

Sabtu, 15 Oktober 2011

Pregnancy Belt

Alhamdulillah...akhirnya dapet juga...lueegaaa...hehehehe sudah bisa terkekeh kembali. Apaan sih?
ini nih...SABUK KEHAMILAN!! #oalaaaah...kirain apaaan...hehe..abis udah berminggu-minggu ini nyari-nyari kaya apaan itu sih? apa bener bisa meringankan beban kehamilan??
Dari dua bulan pertama kehamilan saat saya USG pertama kali dan tahu bahwa saya mengandung janin kembar, Spog dan suster diruang periksa langsung menyarankan "bu,nanti harus cari korset hamil bu...soalnya pasti perutnya besar dan berat" saat itu saya cuma iya-iya aja, abis belum kebayang seperti apa bentuknya. Dan belum tentu juga saya butuh. Dua kehamilan saya yang dulu sih ga pernah pakai. Denger aja baru kali itu. Memasuki bulan ke 4 saat saya periksa lagi, dokter yang belum baca riwayat medis saya kaget lihat perut saya yang seperti sudah usia 6-7 bulan. begitu beliau baca baru dia, "ooooo iya ya...kan kembar ya Des.." saat itu saya langsung menumpahkan seluruh keluhan " duh, dok, pinggang saya pueegel banget. kalo lagi duduk mau berdiri, ampun deh dok. panggul, perut bawah sampai kaki juga sakit terutama paha atas". Kata bu dokter yang baik itu begini, "kamu coba cari korset kehamilan ya..biasanya banyak dijual di toko perlengkapan baby" trus beliau sedikit mendeskripsikan bentuk korset itu. Bentuknya seperti stagen, tapi dibagian perut ada bagian untuk menopang / menyangga perut fungsinya supaya perut ga terlalu "jatuh".

*jangan bayangin ini perut saya ya...ini murni foto dari kardus kemasannya*
ok-lah...suami juga langsung mengeluarkan surat perintah pembelian, secara dia ga tega liat aku kalo jalan udah kaya Zombie gajah. Kebayang ga sih? bayangin aja zombie berjalan kaya di film "The Walking Dead" cuma bentuknya gajah gitu deh. Lama banget n keliatan ga stabil banget! Aku ga langsung nyari sih, aku pikir masih bisa dikesampingkan ini rasa pegel di pinggang, panggul dan perut serta paha, taunya makin kesini makin berasa ga beres, malah jadinya kaku semua. Ya sudahlah coba cari-cari. ke toko perlengkapan bayi " T*sya" yang di Cirendeu, kosong. trus di Ciputat juga kosong.malah sama Pramuniaganya hampir salah dikasih gurita-buat yang belum tahu, itu sejenis kain bertali-tali yang fungsinya bikin perut singset lagi setelah melahirkan. Emang gurita ini bentuknya ga seperti gurita yang biasa. Entah model baru atau gimana tapi tulisannya jelas-jelas "Gurita Modern Pasca Melahirkan" tuh mbak masih maksa juga kalo ini barang yang aq cari. Meski belom tahu bentuknya kaya apa, aku juga bisa baca dong mb PASCA MELAHIRKAN. Yang aku carikan during pregnancy alias selama kehamilan. Maaf ya mb, bukan ini yang saya cari. Sempet ke Pasar Ciputat, ga ada juga n aq udah males keluar masuk toko or pasar. Ga ada tenaga n ga ada waktu. Aku udah browsing2 n udah ada sih yang kayanya pas seperti yang aq cari. cuma masalahnya kalo via internet kan ga bisa megang bahan. Ga ketahuan bahannya adem apa ga, bikin gatel apa ngga, lentur apa ngga, jangan sampe sekarang muat besok sesak dipake, secara perutnya kan berkembang. Berhubung pencarian offline tidak membuahkan hasil akhirnya coba deh yg online. Berbagai googling hasilnya satu merk yang menurutku meyakinkan. New Life, kelihatannya pengelola butik online-nya juga cukup meyakinkan, ya udah aq coba order. Alhamdulillah lancar, n cepet juga. estimasi pengiriman 3 hari, ternyata dalam waktu 24 jam udah sampe ditangan. Langsung aq coba, bahannya enak, dan ga bikin gatel dikulit dan ternyata emang bisa menopang perut loh. jadi ga "jatuh" banget or berat. aq juga sedikit lebih gesit. Sebelumnya kalo dari tidur mau bangun, paling ngga harus ada 3 atau 4 gerakan pendahuluan supaya bisa dalam posisi duduk. Udah gitu berdirinya dibantuin pula pake nyeri di otot paha. Sehari ini saat uji coba, nyeri di paha sudah berkurang. Alhamdulillah...semoga bisa bermanfaat terutama untuk menunjang aktivitas sampai melahirkan nanti.

Minggu, 09 Oktober 2011

hamil? takuuuuuuuut....!!

Ada beberapa teman, ataupun kenalan yang reaksinya bikin aku geli kalau aku godain supaya punya anak lagi. Biasanya mereka langsung bilang “hhhh…ngga deh…” sambil angkat tangan, atau mengernyitkan dahi sambil memperagakan gaya “merinding” seolah-olah bayangan untuk hamil dan punya anak lagi menimbulkan kesan super duper menyeramkan. Alasan bergidiknya mereka, biasanya; males/takut repot ngurus bayi, ga kebayang biayainnya karena segala sesuatu yang berhubungan dengan kata anak biasanya diikuti nilai yang serba mahal seperti kebutuhan harian (susu, pakaian, jajanan), kesehatan, dan terutama biaya pendidikan
Ya..memang cara pandang setiap orang tentu berbeda sesuai dengan kebutuhan keluarga yang berbeda-beda. Tapi, kadang aku ingin bilang, please deh…Ga segitunya kaliiii….reaksinya jangan gitu dong…seakan-akan “anak” adalah momok yang mengerikan, cukuplah dengan bilang “nanti dulu deh…tunggu si kakak sudah agak besar, misal SMA ” or apalah tanpa perlu menampilkan kesan yang ogah banget-banget-banget!!
Mungkin karena aku secara pribadi suka dengan sosok anak-anak kali ya, jadi kalau mereka ditampilkan dengan kesan sebagai makhluk tertolak yang bikin repot dan menguras biaya kayanya kesiaaaaaan banget…huhuhu…
Memang, kadang ada sebagian anak yang polahnya bikin hati orangtuanya empet, kadang ada anak dengan kebutuhan khusus yang membutuhkan biaya dan perhatian besar..dan memang, punya anak pasti menimbulkan konsekuensi tenaga, pikiran dan tentu saja biaya yang besar. But friends, yang memberi kita anak itu Allah loh….dan Allah juga yang memiliki langit, bumi dan segala isinya. Tidak lupa juga, Allah juga yang mampu memudahkan kita dalam mengurus dan mendidik anak-anak. Jadi, untuk aku sendiri, jangan sampai menolak rizki yang akan Allah berikan pada kita seiring dengan anak yang Ia anugrahkan. Boro-boro menggugurkan janin yang sudah terlanjur ada, sebatas niat (yang teraplikasikan dalam bentuk reaksi spontan saat disebut kata “HAMIL LAGI”) juga jangan ya…Bisa jadi, bersamaan dengan kehadiran sang anak, Allah bukakan pintu rizki yang berbeda dari yang telah Ia berikan. Allah tambahkan, lipat gandakan sesuai kebutuhan yang kita perlukan untuk merawat, mendidik dan mengurus amanah yang telah Ia percayakan, dan tentu aja sesuai juga dengan ikhtiar kita dalam menjemput pintu rizki tersebut.
Alhamdulillah saat ini aku tengah mengandung lagi, InsyaAllah anak ke tiga dan keempat. Aku membuat tulisan ini, karena ada sebagian orang terdekatku yang memberikan reaksi yang tidak kuharapkan saat kuberitahu aku hamil. Salah satu reaksinya begini, “Loh…katanya KB…!” dengan nada yang tidak gembira dan cenderung menyalahkan. Begitu juga saat suami memberitahu bahwa anak yang kukandung kembar, reaksinya sama plek : “ katanya KB…!” dengan nada yang sama saat aku yang memberitahu. Menurutku itu ungkapan halus dari “ Gimana sih! Kok malah hamil lagi!!Ga cukup apa punya anak 2!!” – aku memang KB-merencanakan kehamilan hingga anakku yang kedua sudah cukup besar untuk punya adik, tapi aku ga punya rencana untuk membatasi ataupun menolak kehamilan. Ya, selama aku masih mampu ya jalanin saja.
Sedih rasanya, karena beliau adalah salah satu orang terdekat dalam lingkaran keluarga kecilku, yang kuharapkan bisa ikut berbahagia untukku dan suami. Aku ga mengharapkan anakku diurus olehnya, atau dibiayai olehnya, cukuplah aku mendengar ungkapan syukur semacam “Alhamdulillah…” walau sekedar basa-basi, paling tidak itu menentramkan dan memberi semacam dukungan moril dalam menjalani kehamilan kembar ini. Bahkan hingga sekarang aku belum melihat ekspresi “ikut senang” dari beliau. Akhirnya kembali lagi harus kusadari dan kuterima bahwa cara pandang kami tentang anak memang beda.  
Paling tidak yang bisa aku (dan suami) tunjukkan padanya bahwa mengandung lagi bukan dan tak akan pernah menjadi beban, InsyaAllah akan kujalani dengan ikhlas, dan InsyaAllah akan kami buktikan bahwa kami akan mempu merawat dan mendidik anak-anak meskipun orang lain memberi stempel “Cari Repot Sendiri”

Sabtu, 24 September 2011

kemana lagi harus ku cari bahagia itu, saat kandas ditengah harapan..rasanya lelah hati ini#keluhkesah.com

Ada kalanya sesaat kita baru bercanda tawa, merasa diri paling bahagia, kemudian sesaat kemudian rasa itu dihempaskan dari tempat yang tinggi hingga hancur berkeping-keping tanpa sisa. Semua harapan, cita dan cinta ikut kandas berganti kebencian yang mendalam. Hingga kapan larut dalam kebencian ini, yang begitu menyiksa, tapi entah kenapa, cukup kunikmati. Mungkin karena rasa benci ini saja yang tersisa dari semua. Maka kunikmati saja saja rasa benci ini, berharap ku akan lelah sendiri dan melupakan

Kamis, 22 September 2011

Spontan pulkam

Kadang segala sesuatu tidak selalu harus direncanakan. Menurut Mario Teguh,dalam hubungan pernikahan, sesuatu yang spontan itu diperlukan. Spontan pergi berdua, spontan melewati rute perjalanan kantor yang tak pernah dilewati berdua, spontan bilang "i love u" saat makan bersama diluar. Spontanitas, diperlukan untuk memperbarui hubungan dari rasa jenuh yang mendera. Istilahnya, menambah ruh baru. Bagi keluarga kami sendiri, saat ini kami sedang mencoba melakukan spontanitas itu. Pagi-pagi dua hari yang lalu, saat baru beranjak dari tidur, masih bercanda dengan Asma dan Sulthan yang baru bangun dan bermalas-malasan di pelukan, sang Ayah tiba-tiba mencetuskan ide gila; "Bun, pulang kampung yuk. sekarang!" Spontan aku melihat jam dinding, pukul 8 kurang, meyakinkan diri bahwa ayah benar-benar telah bangun dan sadar sesadar-sadarnya. Pulang kampung, perjalanan jauh ke Yogya, buatku adalah hal yang yang harus dipersiapkan dan direncanakan berhari-hari sebelumnya. Pakaian, perlengkapan anak-anak, uang. Pokoknya bukan sesuatu yang disiapkan dalam waktu satu jam (meski akhirnya kejadian juga). Suami meyakinkan bahwa ini saat yang tepat karena pekan depan sudah agenda lain yang menunggu, bahwa kami bisa, pasti bisa!! tuing...tuing...tuing....aku terbayang-bayang pada cucian yang baru saja ku giling dan belum dijemur, gosokan setinggi gunung Fuji yang belum tersentuh, telur diwarung yang belum habis terjual...bagaimana membereskan semuanya dalam waktu satu jam??? terbayang pula jauhnya perjalanan yang harus kujalani sambil membawa sikembar dalam kandungan...oh....it's mission impossible kaleeee...Tapi bukan suamiku namanya kalo ga berhasil meyakinkan aku. Entah bagaimana GEDUBRAK#GEDUBRAK yang harus aku jalani setelahnya, akhirnya kami lakoni juga perjalanan menuju Yogya, tidak berhasil dalam satu jam, melainkan 3 jam setelahnya (yaiyalaaah....ada bocah-bocah 3&2 tahun yang harus dimandiin, disuapin, dan cucian yang harus dijemur, belom persiapan untuk pulkam termasuk setrikaan karena baju-baju sebagian besar belum digosok...BUNGKUUUUUS)
Membawa serta dalam perjalanan Om Bhismo (adikku) dan Mama (Mbahnya anak-anak) kami melaju kencang dengan siXenia silver. Om Bhismo direncanakan akan menggantikan suami menyetir kalo lelah. Tapi sepertinya suamiku emang udah niat banget mudik dan tumben-tumbenan dia nyetir ga pake istirahat yang lama. Hanya dua kali istirahat di Masjid untuk menunaikan shalat Maghrib-Isya, dan istirahat lagi pada pukul 23.00 selama sejam di Pom Bensin Favorit kami di daerah Kebumen. Setiap kami pulkam pasti selalu mampir k SPBU ini. Secara SPBU ini dilengkapi rest area dipinggir sawah yang oke banget suasananya. Ada gazebo2 dipinggir sawah yg gratis untuk melepas lelah selama perjalanan. Biasanya di gazebo ini kami suka ngeluarin kompor portabel untuk masak2 air bikin kopi or masak mie instan (tenang aja, gazebonya cukup jauh banget dari tempat pengisian bahan bakar, jadi InsyaAllah kegiatan masak-memasaknya aman-aman saja). Kalau sore ada gubuk penjual tempe mendoan,yang memang difasilitasi oleh pengelola SPBUnya, ada restoran, ada mushola yang cukup bersih dan nyaman. Oke banget deh istirahat disini.
Singkat kata, kami sampai diYogya pukul 02.00 dini hari dan langsung cari hotel murah meriah untuk istirahat. Pulang kerumah mbah Kakung dijadwalkan esok pagi. Yang pentng sekarang istirahat dulu (alias suami udah ga kuat lagi kalo harus nyetir mendaki gunung kidul menuju tempat mbah Kung)
Alhamdulillah, acara Spontan Pulang Kampung keluarga kami sejauh ini lancar-lancar saja...

Rabu, 11 Mei 2011

merdeka dengan hijabku


So don’t you see?
That I’m truly free
This piece of scarf on me
I wear so proudly
To preserve my dignity...
My modesty
My integrity
So don’t judge me
Open your eyes and see
I’m the one who’s free
For you I sing this song
My sister, may you always be strong

~Free by Samy Yusuf~

            Sebagian orang  mengatakan hijab/jilbab/kerudung adalah bentuk diskriminasi terhadap kaum perempuan, pengekangan, mematikan potensi, malah ada yang bilang mematikan pasaran jodoh segala loh – astaghfirullahal’adziim..semoga Allah SWT menunjukkan jalan pada orang-orang yang berpandangan seperti ini.
Kalau saya, saya bahagia memakai hijab. Saya merasa bebas, lebih bebas dari burung yang terbang dilangit. Saya bangga berhijab.
            Seluruh tubuh saya memang tertutup (tentu saja kecuali muka dan telapak tangan ya), tapi hati saya bebas merdeka. Saya tidak perlu khawatir bagaimana tatanan rambut saya kalau tertiup angin. Tidak perlu repot luluran, beli cream pencerah wajah, pemutih kulit ataupun khawatir kulit saya jadi belang-belang terpapar sinar matahari. Sadarkah kalian,wahai saudariku, sudah menjadi korban industri kecantikan dengan memboyong semua cream-cream pemutih itu?? saya bangga dan bahagia tidak menjadi korban mereka-mereka yang menanamkan paradigma melalui iklan-iklan bahwa perempuan cantik adalah mereka yang berkulit putih, berambut lurus, memiliki body yang seperti gitar demi kepentingan industri mereka sendiri. Setiap hari kita dijejali iklan-iklan seperti itu. Membentuk pola pikir bawah sadar kita bahwa perempuan cantik adalah mereka dengan kriteria tersebut diatas
Perintah berhijab untuk kaum muslimah adalah untuk membebaskan dari paradigma-paradigma penilaian keduniawian seperti semacam itu. Islam memerintahkan untuk menilai orang dari “dalamnya” yaitu ketaqwaannya, keimanannya, ahklaqnya. Bukan dari pakaian, penampilan, kulit putihnya, rambutnya yang lurus seperti dicreambath setiap hari, wajahnya yang bebas noda. Rasul memerintahkan untuk mendengar apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan. Islam mementingkan isi, bukan bungkus. Dan saya merasa terbebaskan dengan hijab ini. Bahwa dengan hijab yang saya pakai, saya menuntut meminta orang lain menghargai  saya dari apa yang saya pikirkan, saya kemukakan, hasil pekerjaan yang saya lakukan dan saya menolak dinilai apalagi diremehkan hanya karena saya tidak putih, atau karena rambut saya keriting, bahkan karena tubuh saya gendut.
“ Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tapi Ia melihat hati dan amal kalian” H.R Muslim
Kalau kita membuka kembali sejarah para shahabiyah, mereka adalah akhwat-akhwat yang luar biasa. Asma’ binti Abu Bakar misalnya, ia dalam keadaan hamil tua memanjat tebing / bukit tsur untuk mengantarkan bekal pada Rasulullah dan Abu Bakar. Dan jangan dibayangkan bukitnya pendek, rimbun dengan rumput dan pepohonan (emang di Jawa Barat?!) wuih…tinggi banget loh dengan batu-batuan cadas. Asma tanpa takut akan apapun mendaki gunung Tsur tersebut dengan mengikatkan tali dipinggangnya
Ada seorang shahabiyah bernama Nusaibah yang tak gentar turun ke medan jihad. Tak rela Rasulullah dilukai kaum kafir, Nusaibah yang tadinya merawat korban perang, angkat pedang diatas kuda membabat kaum kafir. Hingga akhirnya ia syahid dan langit ikut menghitam karena bayangan para Malaikat yang berduyun-duyun menyambut arwah Nusaibah. Itu baru sedikit kisah para Shahabiyah yang memberi tauladan akan kiprah mereka menjemput ridha Allah SWT. Tidak ada dalam shirah mereka, bahwa hijab menghalangi kiprah mereka. Mencari ilmu, berperang, menjadi perawat, masih banyak sekali kisah shahabiyah yang lain yang bisa menginspirasi (yang akan dibahas dilain artikel). Pada intinya adalah, menjadi muslimah yang taat, yang berhijab, yang berakhlak sama sekali tidak membatasi potensi diri. Kita kaum muslimah bisa mengembangkan potensi apapun selama sesuai dengan  tuntunan Rasulullah SAW dan tidak  melanggar perintah Allah SWT.
Pada akhirnya tulisan ini hanyalah bentuk keprihatinan melihat saudari-saudariku sibuk mempercantik diri sesuai aturan pakai kemasan kosmetik, hingga melupakan mempercantik diri sesuai aturan Allah SWT, menunda-nunda berhijab, atau berhijab setengah-setengah karena alasan yang lemah. Ya Allah semoga kau beri hidayah bagi saudariku untuk mempercantik dirinya dengan hijab.