Rabu, 29 Agustus 2012

Spontan Pulkam Season 2 (dan sepertinya belum Finalle)

Hyaaaaa.....kejadian lagih!!! Mendadak pulang kampung...Kali ini edisi khusus, taraaaaa... MUDIK LEBARAN. Kebayang kan kalo mudik saat Lebaran itu seperti apa...jutaan mobil yang bikin macet Jakarta tiba-tiba secara berjamaah pindah ke jalur-jalur Pantura, Selatan dan sekitar itu. Perjalanan yang normalnya sekian jam, bisa dipastikan akan molor entah berapa jam (atau hari) kemudian. Sejak awal menikah 5 Tahun lalu, sekalipun aku belum pernah mudik menjelang Lebaran. Setelah Shalat Ied pernah satu kali Lebaran pertama bersama suami tercinta. Aku sedang mengandung Asma diusia 4 bulan kehamilan. Selebihnya, sebulan-duabulan setelah Lebaran, saat Iedul Adha, atau tidak mudik sama sekali dalam rangka Lebaran. Tahun inipun Saya dan suami tidak bermaksud mudik saat Lebaran. Terbayang macetnyaaaa....membawa sikembaaaaar....ooooh tak mungkin aku mau! Tapi semakin mendekati hari-hari akhir Ramadhan, suami sudah kasak-kusuk sendiri..(sudah rindu kampung rupanya)..."mmmm, kalau mudik kira-kira bawa uang berapa ya???", "duh...suasananya mengingatkan pada perjalanan mudik nih"..celetukan-celetukan semacam itu semakin sering terdengar...kadang aku pura-pura cuek hehhehe, sampai akhirnya 3 hari menjelang Iedul Fitri(16 /08), kami mengadakan bukber untuk keluarga besar kami. Obral-obrol sana sini, akhirnya tercapai suatu kesepakatan mufakat "besok mudik, paling lambat jalan setelah Jumatan"...malam itu kakak-kakak ipar yang rencananya menginap dirumah kami, bubar jalan kerumah masing-masing mempersiapkan segala sesuatunya. 3 orang ponakan tinggal dirumah kami agar besoknya tinggal diangkut, dan aku seperti biasa termangu sejenak, memikirkan cucian kotor akibat kemalasanku, persiapan pakaian anak-anak terutama duo Hasnain yang baru berusia 6 bulan. Sungguh aku tak keberatan, memang ada sedikit rasa malas menjalani kemacetan yang tak bisa diprediksi berapa lama, lelahnya perjalanan, uang saku yang cekak dsb tapi pada dasarnya aku sendiri senang jalan, dan travelling bersama duo Hasnain tentu jadi tantangan tersendiri. Okelah waktu termangu habis.....Bungkuuuuus!Plung plung plung! Pakaian asal cemplung (Alhasil setelah dikampung, aku baru sadar, hanya membawa 3 pakaian atasan masing-masing untukku dan suami, padahal pakai koper besar#tepokjidat) yang terpenting adalah perlengkapan sikembar, pakaian, peralatan makan, pospak, perlatan mandi. Kalau bocil lainnya Asma dan Sulthan relatif sudah tidak terlau rumit lagi kebutuhannya. Mereka bisa saling meminjamkan, toh meski Asma anak perempuan, bedanya hanya dijilbab dan sempak, kaos dan celananya biasa tukeran dengan Sulthan.
Entah bagaimana malam dan pagi harinya itu aku siap-siap, yang jelas kami jalan juga akhirnya..meninggalkan rumah kami  dengan membawa seisi warung didalam mobil untuk perbekalan (tak lupa dicatat untuk nantinya mengajukan tagihan pada suamiku sebagai penanggung jawab perjalanan ini)
Janjian dengan kakak ipar di Carrefour Lebak Bulus, kami start sekitar pukul 16.30 langsung masuk tol Pondok Indah. Perjalanan berangkat menuju kampung kami jalani 2 hari 2 malam. sempat menginap di masjid di Cicalengka dari jam 23.30 jumat malam hingga subuh dan sampai Gunung Kidul Handayani pukul 02.00 ahad dinihari. Turun bagasi, beres2 tahunya sudah jam 4an, mau tidur nanggung, bisa2 subuhan terlewat..akhirnya aku bertahan sampai terdengar Adzan (untunglah waktu shalat Yogya lebih cepat dari Jakarta), begitu adzn, aku shalat subuh, membangunkan suami ntuk sholat juga kemudian tidur bersama-sama...bless...seeeees.....bangun jam 7.....dadaaaaaah shalat ied.....para supir AKAP (suami dan kakak Ipar) bangun jam 9 saking lelahnya...dan hiruk pikukku di Jakarta bersama Hasnain dan bocil kami sesunggguhnya hanya pindah tempat...
Didesa.....
Cukup menyenangkan...udara bersih..keraifan lokal yng kental, anak-anak bisa bermain bebas dan lebih akrab bersama sepupunya...dan Sulthan seakan menemukan habitatnya disana,,,tanah, pasir, air dan ia seperti ikan yang menemukan kolam, sementara aku seperti memungut anak kucing jalanan setiap sore, dekil, lusuh kotor...yah, biarlah...dengan begitu kreativitasnya berkembang (menghibur diri)
Yang tak pernah tertinggal kalau dikampung: Sate Kambing dan Tongseng pak Yadi, lalu kami menenmukan....(taraaaaa) Alfamart! ditengah perkampungan diatas gunung, dimana pasarnya hari 2 kali seminggu, hari pasaran Wage dan ...hmmmmm aku lupa (bukan seperti Jakarta ya, dimana pasar Jumat, Pasar Senen, Pasar Rebo menunjukkan lokasi, tapi dkampung, hari pasaran ya menandakan waktu pasar dilaksanakan, Pasar Wage>di hari Wage, Pasar Legi >di hari Legi, Pasar Pon>dihari Pon) kok bisa-bisanya ada toko retail....!!! sisi positifnya tentu saja warga terbantu dengan kemudahan akses untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, negatifnya, secara pasti akan mendorong konsumtivitas mereka. Apalagi kalau daya beli mereka lemah...
Tiba Waktu Pulang.....
Antara horeeeeee....dan oh noooooooo.....terbayang kembali kemacetan dan rasa lelah....start dari gunung Kidul jam 9 pagi....kami mampir Pekalongan dan mendadak menginap dirumah salah seorang kerabat, dan dsitu aku mersakan indahnya jalinan kekerabatan...secara personal aku mungkin tidak kenal dengan pemilik rumah...tapi atas nama hubungan persaudaraan, Subhanallah, keluarga mereka ini menjamu kami yang ribut dan ribet dengan anak kecil, balita dan bayi (yang totalnya berjumlah 10 dengan sepupu2 Asma) dengan hangat dan baik....Luar biasa...Disitu aku merasakan sunnah Nabi yaitu memuliakan tamu...semoga tuan rumah yang baik ini mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT..
Perjalanan dilanjutkan (dan tulisan dicukupkan...berhubung sdh ngantuk :p ) besok lagi dilanjutkan